Kiamat bagai melanda bumi saat diguncang letusan Gunung Krakatau 1883 . Awan panas menebar maut, longsoran bawah laut yang membangunkan tsunami garang setinggi 40 meter, menggelucak samudra Hindia dan melenyapkan lebih dari 36.000 nyawa manusia.
Sebuah bencana adalah murni rahasia Tuhan. Sebagai manusia kita hanya bisa mengupayakan yang terbaik agar musibah itu dapat ditanggulangi. Begitupun ketika terjadinya bencana letusan Gunung Krakatau 1883.
Bencana gunung meletus di Indonesia bukan lagi menjadi sebuah bencana yang asing sebenarnya. Mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api pasifik atau ring of fire. Berada di kawasan itu memungkinkan Indonesia mengalami bencana letusan gunung berkali-kali tiap tahunnya. Sebuah bencana yang tidak bisa diprediksi kedatangannya.
Secara geografis, Indonesia memang memiliki banyak sekali gunung merapi . Gunung-gunung merapi tersebut siap meletus kapan saja. Gambaran ketiba-tibaan itu juga terjadi ketika letusan Gunung Krakatau 1883. Keterkejutan pasti menyelimuti masyarakat Indonesia. Ditambah dengan kecemasan dan ketakutan yang maha dahsyat.
Kehebatan letusan Gunung Krakatau 1883 bisa jadi membuat Indonesia terkenal hingga luar negeri. Pasalnya, efek dari letusan Gunung Krakatau tersebut menyebar bahkan hingga Amerika. Anda mungkin bisa membayangkan betapa dahsyatnya letusan Gunung Krakatau tersebut.
Letusan Gunung Krakatau 1883 mengakibatkan tsunami, dan tsunaminya merambat hingga ke Hawaii, pantai barat Amerika, dan Semenanjung Arabia.
Letusan Gunung Krakatau 1883 benar-benar dahsyat. Krakatau memuntahkan batu dan abu vulkanik, melontarkan benda-benda keras hingga mencapai Sri Lanka, India, Pakistan, Australia, dan Selandia Baru. Menciptakan cekungan luas berdiameter 7 km dan kedalaman 250 meter di Pulau Rakata. Awan membara dan hamburan debunya mencapai Norwegia.
Suara dentuman dari letusan Gunung Krakatau 1883 terdengar hingga Australia dan Pulau Rodrigues di dekat Afrika. Debu vulkanik mencekam langit dalam menenggelamkan dunia dalam kegelapan total selama dua hari penuh. Bahkan, matahari redup hingga berbulan-bulan lamanya dan alam serentak mengalami perubahan iklim global.
Letusan Gunung Krakatau 1883 – Bukan Pertama Kali
Letusan Gunung Krakatau 1883 bukan cerita satu-satunya tentang meletusnya gunung tersebut. Adalah kitab Pustaka Raja Parwa yang ditulis 416 Masehi, menyebutkan sebuah ledakan dahsyat Gunung Batuwarna, nama lain Krakatau Purba, yang menciptakan banjir besar, badai laut, dan membelah Pulau Jawa menjadi dua. Belahan itulah yang kemudian bernama Sumatra.
Ledakan Gunung Krakatau 1883 yang dahsyat, konon tidak kalah dahsyat dengan ledakan Gunung Krakatau yang terjadi pada 416 M. Ledakan itu melumat tiga perempat gunung setinggai 2.000 meter, sehingga membentuk kaldera bawah laut dengan mulut menyembul ke atas permukaan dan dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang, dan Pulau Sertung.
Malapetaka ini mengancurkan peradaban Persia, Nazca, dan Arabia Selatan, menghilangkan kota Maya dan Tikal, menimbulkan kekacauan di Romawi. Temperatur turun 5-10 derajat akibat sinar matahari tidak bisa mencapai bumi karena atmosfir dipenuhi material awan dengan ketebalan 20-150 meter.
Tahun 1680, Krakatau kembali meletus memuntahkan lava andesit asam. Lalu, setelah itu, Krakatau terlelap selama 200 tahun lamanya. Letusan Gunung Krakatau 1883 , kembali menggemparkan dunia. Letusan dahsyat itu terjadi pada 26-27 Agustus 1883.
Gunung Krakatau seperti ancaman bagi warga dunia saat itu. Letusan Gunung Krakatau 1883 yang merupakan rangkaian dari letusan Gunung Krakatau sebelumnya memberikan efek trauma khususnya bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar